Dengan menendarai roda dua saya dan Rusdianto
‘Boys’ memacu kendaraan 125 cc ini dari Manado menuju ke pantai Kora-kora yang
berada di wilayah Kecamatan Lembean Timur, Minahasa. Dengan setia, terik
matahari menemani melewati jalan menuju pantai pasir putih ini yang dihiasi
dengan tikungan dan tanjakan ditambah lagi dengan sepitnya jalan dan
lubang-lubang.
Namun keletihan sirna ketika sampai dilokasi
pantai ini, pasalnya keindahan pantai ini sangat sulit digambarkan dengan
kata-kata. Bahkan menurut saya, Kora-kora jauh lebih indah dari pantai lain
termasuk pantai Kuta di Bali jika betul-betul di garap menjadi lokasi wisata.
Senyum penuh persahabatn, serta sikap ramah
yang ditunjukkan bapak Spenser dan ibu Keke menyambut kedatangan kami di rumah
panggung meyerupai resort.
“Kami hanya penjaga disini, sedangkan yang
punya tanah dan rumah ini ada di Jakarta,” jelas keduanya.
Menurutnya rumah megah dari kayu tersebut
bukanlah resort seperti sangkaan kami namun rumah pribadi milik majikan mereka,
begitupun satu unit rumah permanen yang tak jauh dari lokasi tersebut yang
katanya milik seorang pejabat pemerintah di daerah ini. “Sepanjang pantai
Kora-kora ini so ada yang punya semua dan rata-rata pejabat,” jelas Spenser
seraya mengatakan rumah majikannnya kerap dijadikan lokasi suatu acara santai
bagi pejabat pemerintahan.
Mungkin dengan alasan ini sehingga lokasi nan
indah ini tidak pernah menjadi bagian dari pemerintah untuk menjadikannya
lokasi wisata, karena lokasi-lokasi yang strategis untuk dijadikan lokasi
wisata sudah milik pribadi-pribadi.
Namun terlepas dari masalah tersebut, pantai
Kora-kora adalah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih di sepanjang
pinggiran pantai membuat anda sulit untuk melupakan tempat ini, bahkan mungkin
anda tidak akan pernah membayangkan jika selama ini Kora-kora jauh lebih menajupkan
dari pantai yang pernah anda kunjungi. Apalagi untuk dikunjungi bila ingin
menikmati suasana lain di pesisir pantai Timur Minahasa.
Didisamping itu pantai ini mempunyai nilai
sejarah antara lain sebagai tempat berlabuhnya penginjil Ridel dan Schwarz pembawa
misi agama Kristen yang pertama di Minahasa, bahkan disepanjang pantai masih
berdiri kokoh bangker-bangker pertahanan Belanda.
Menurut informasi nama Kora-kora diambil dari
kapal perang milik Belanda yang tenggelam di laut tersebut ketika masih terjadi
pergolakan.
Sayang lokasi ini belum terlalu dikenal, hal
ini ditandai dengan masih dapat dihitung wisatawan yang datang kelokasi ini.
Pantai Kora-kora bak mutiara yang terpendam, tanpa ada yang mengetahui kilau
cahayanya. (abinenobm/tj-sk)