Minggu, 22 Juli 2012

Agama Kristen Di Minahasa

Sejarah Masuknya Agama Kristen Di Pantai Timur Minahasa (Pantai Kora-Kora).
Oleh : Staely Eriando Jacobis

Lokasi Penelitian :
Lokasi penelitian adalah Pantai Kora-Kora yang secara administratif berada di wilayah kecamatan Lembean Timur yang membujur dari Desa Parentek sampai Desa Kamenti. 

Sejarah :
Jauh Sebelum Masuknya Injil Di Tanah Minahasa, Masyarakat Minahasa Masih Mengenal Agama Primitif Dengan Pikiran Yang Primitif. Berpikir Dan Bertindak Secara Sederhana Namun Dibalik Alam Nyata Mereka Menyakini Ada Kekuatan Gaib Yang Abstrak (Tidak Nyata) “Empung Wailan Sima Lengkew Em Pekasa Kaoatan” (Allah Yang Menciptakan Segenap Alam). Selain Percaya Kepada Allah Yang Menciptakan Segenap Alam, Mereka Juga Percaya Ilah-Ilah Lain Yang Diyakini Dapat Membantu Kehidupan Manusia Saat Itu. Selanjutnya Sekitar Tahun 1702 (awal abat 17) Oleh Penginjil dari Portugis Joseph Kamp Membawa Masuk Injil di Indonesia melalui Ambon, ternate dan tiba di Tanah Minahasa. Joseph Kamp Masuk Ke Minahasa Melalui Labuhan Pantai Timur Minahasa Dengan Menggunakan Perahu Kora-Kora. Tanjung Pantai Tondano (Tanjung Kora-Kora, red) adalah perkampungan orang Kapataran. PANTAI TONDANO di TIMUR MINAHASA INI SELANJUTNYA dalam perkembangannya ketika diperkenalkan ke masyarakat secara umum, NAMA lokasi pantai ini yaitu PANTAI KORA-KORA. SEJARAH PEMBERIAN NAMA KORA-KORA ADALAH diambil dari kapal yang terdampar dan karam di pantai ini sampai hancur dan rusak yaitu perahu KORA-KORA. Kapal ini juga digunakan oleh penginjil Joseph Kamp ketika datang di Pantai ini. Sekitar tahun 1970, dalam pelayaran Hongi (Portugis) juga menggunakan perahu ini ketika datang di pantai ini. Desa Kapataran Yang Mula-Mula Menerima Injil Lewat Pantai Kora-Kora. Hal ini karena perkampungan Desa Kapataran adalah Tanjung Kora-Kora, yang karena alasan kesehatan (sampar malaria) dan alasan keamanan (bajak laut dari Mangindanau (orang Mindanau) sehingga perkampungan orang Kapataran ini pindah  km ke Utara.. Dalam sejarah perkembangan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Kora-Kora dijadikan nama untuk Wilayah Pelayanan GMIM di daerah Pantai Timur Minahasa. Pada tahun 1984 terjadi pemekaran wilayah pelayanan GMIM, ketika itu wilayah Lembean Kombi menjadi Wilayah Lembean Kombi dan Wilayah Lembean Kora-Kora.

Sabtu, 21 Juli 2012

Pantai Kora-kora, Mutiara Yang Terpendam


Dengan menendarai roda dua saya dan Rusdianto ‘Boys’ memacu kendaraan 125 cc ini dari Manado menuju ke pantai Kora-kora yang berada di wilayah Kecamatan Lembean Timur, Minahasa. Dengan setia, terik matahari menemani melewati jalan menuju pantai pasir putih ini yang dihiasi dengan tikungan dan tanjakan ditambah lagi dengan sepitnya jalan dan lubang-lubang.

Namun keletihan sirna ketika sampai dilokasi pantai ini, pasalnya keindahan pantai ini sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Bahkan menurut saya, Kora-kora jauh lebih indah dari pantai lain termasuk pantai Kuta di Bali jika betul-betul di garap menjadi lokasi wisata.

Senyum penuh persahabatn, serta sikap ramah yang ditunjukkan bapak Spenser dan ibu Keke menyambut kedatangan kami di rumah panggung meyerupai resort.

“Kami hanya penjaga disini, sedangkan yang punya tanah dan rumah ini ada di Jakarta,” jelas keduanya.

Menurutnya rumah megah dari kayu tersebut bukanlah resort seperti sangkaan kami namun rumah pribadi milik majikan mereka, begitupun satu unit rumah permanen yang tak jauh dari lokasi tersebut yang katanya milik seorang pejabat pemerintah di daerah ini. “Sepanjang pantai Kora-kora ini so ada yang punya semua dan rata-rata pejabat,” jelas Spenser seraya mengatakan rumah majikannnya kerap dijadikan lokasi suatu acara santai bagi pejabat pemerintahan.

Mungkin dengan alasan ini sehingga lokasi nan indah ini tidak pernah menjadi bagian dari pemerintah untuk menjadikannya lokasi wisata, karena lokasi-lokasi yang strategis untuk dijadikan lokasi wisata sudah milik pribadi-pribadi.

Namun terlepas dari masalah tersebut, pantai Kora-kora adalah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih di sepanjang pinggiran pantai membuat anda sulit untuk melupakan tempat ini, bahkan mungkin anda tidak akan pernah membayangkan jika selama ini Kora-kora jauh lebih menajupkan dari pantai yang pernah anda kunjungi. Apalagi untuk dikunjungi bila ingin menikmati suasana lain di pesisir pantai Timur Minahasa.

Didisamping itu pantai ini mempunyai nilai sejarah antara lain sebagai tempat berlabuhnya penginjil Ridel dan Schwarz pembawa misi agama Kristen yang pertama di Minahasa, bahkan disepanjang pantai masih berdiri kokoh bangker-bangker pertahanan Belanda.

Menurut informasi nama Kora-kora diambil dari kapal perang milik Belanda yang tenggelam di laut tersebut ketika masih terjadi pergolakan.

Sayang lokasi ini belum terlalu dikenal, hal ini ditandai dengan masih dapat dihitung wisatawan yang datang kelokasi ini. Pantai Kora-kora bak mutiara yang terpendam, tanpa ada yang mengetahui kilau cahayanya. (abinenobm/tj-sk)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by 401tya | Bloggerized by 401tya - Stenly Eriando Jacobis | Stenly